beranda

Selasa, 25 Oktober 2016

Bumbu Tidak Terblender, Orderan Nasi Kotakpun Batal

*Listrik Sebagai Roda Penggerak Ekonomi

Usaha kecil menengah sangat bergantung pada listrik. Sekali padam, batal orderan, uangpun melayang.
Bawang, cabai juga bumbu lain sudah disiapkan di dalam blender. Hanya tinggal menunggu listrik 
menyala saja. Hari itu, diluar dugaan Suhut Sinaga, listrik padam dan ia sudah terlanjur 
menerima pesanan nasi kotak. Ia menyangka, listrik akan segera menyala, karena sudah sejak pukul 
11.00 WIB, listrik sudah padam. Namun hingga pukul 12.00 WIB listrik belum juga menyala. Dan dia terpaksa membatalkan orderan nasi kotak itu. 
Listrik padam mendadak seperti ini bagi Suhut sangat mempengaruhi penjualannya. Karena untuk 
mengolah bumbu Ayam Shabila Bekakak, Suhut butuh bantuan blender. Bisnis kuliner yang sudah 
dijalani Suhut selama 4 tahun ini sangat bergantung pada listrik. Apalagi Suhut menerima 
berbagai macam orderan mulai dari ayam panggang perekor, katering, nasi tumpeng, nasi kotak 
hingga prasmanan. Kini ia juga mulai menerima pemesanan kambing untuk aqiqah. Selain memasok 
kebutuhan 2 outlet Shabilla Ayam Bekakak di Nagoya Hill Food street dan Black Diamond Food 
Outlet Jodoh. ''Semua proses masak di rumah produksi kami di Kharisma Resident blok A no.9, 
''kata pria yang senang dipanggil Berbie ini.
Tak hanya Suhut, tapi juga 73 orang ibu rumah tangga pemilik usaha kuliner yang tergabung dalam 
komunitas Lapak Deret Kuliner (LDK). Mereka ini memproduksi beragam kuliner unggulan industri 
rumahan yang dipasarkan baik online maupun offline. Untuk lapak offline, atas koordinir Suhut 
juga, mereka kini buka di depan perumahan Puri Casablanca, samping Rumah Sakit Awal Bros dan 
depan perumahan Purimas, Batamcenter.
Aneka jajanan juga masakan bisa dibeli di LDK ini. ''Semuanya unggulan. Enak dan murah. Mereka 
ini semuanya memproduksinya masih di rumah. Karena itu sangat bergantung dengan listrik,''kata 
Berbie.
Jika hari biasa hasil penjualannya rata-rata 2-3 juta. Sedangkan malam minggu bisa capai 9 
jutaan. ''Yang aktif meletakkan produknya di lapak LDK ada sekitar 20an produk. Seperti produk 
Nana Brownies, Rumah Kolak Suzana, d'kentang, jamu kunyit asem Tatyk, Rajungan, kripik tempe 
Bude Agus, cilok Bohay, Aqila Brownies, Julia Cooking dan masih banyak yang lain,''kata Berbie.
Ketika ada pemadaman lampu, produk yang dipajang juga berkurang. Diakui Berbie, listrik memang 
menjadi kebutuhan utama bagi pemilik usaha apapun. ''Usaha umkm saja butuh. Membuat kue butuh 
listrik untuk menghidupkan mixer. Yang usaha makanan butuh blender untuk menghaluskan bumbu. 
Ruangan gelap juga menyulitkan proses produksi. 
Evy R. Anie, pemilik rumah kreatif di Tiban, yang memproduksi aksesoris dari biota laut juga merasakan pentingnya listrik untuk menunjang produksinya. Untuk memotong gonggong ia membutuhkan gergaji listrik. Dengan bantuan gergaji listrik itu ia bisa menghasilkan potongan-potongan gonggong yang rapi. Lalu ia bisa merangkainya menjadi lampu hias juga hiasan dinding. Keunikan hasil karya Evy ini sudah menjadi perhatian wisatawan. Banyak produknya menjadi buah tangan, baik di dalam negeri maupun dibawa ke luar negeri. 
Seperti halnya Evy R.Anie, Evy Ratnawati Syamsir juga membutuhkan listrik untuk mesin jahitnya. 
Berawal dari membuat baju-baju fashion show untuk Muthiara Maharani, putri bungsunya, kini Evy 
sangat piawai membuat baju-baju karnaval bertemakan sejarah Melayu. Seperti busana putri Lancang Kuning atau putri Siput Gondang yang dipakai para model pada The 3 rd Nongsa Carnival yang lalu 
di Turi Beach Resort dan mewakili Kepulauan Riau dalam Wonderful Archipelago Carnival Indonesia di Jember akhir bulan Agustus lalu.
''Sama seperti membuat baju umumnya, mesin jahit listrik sangat membantu proses membuat baju-
baju itu dengan cepat dan mudah,'' kata wanita yang masih aktif wartawan dan menjabat sebagai 
kepala biro Kantor Berita Antara di Kepri.
Ada juga Diandra, pemilik Diandrashop yang sangat bergantung pada alat perekat yang menggunakan listrik. Ia membutuhkan alat itu untuk merekatkan kain-kain flanel juga pita menjadi bunga-bunga yang kemudian dirangkainya kembali bersama manik-manik menjadi bros-bros cantik.
Beragam bentuk suvenir juga dibuat Diandra di rumahnya. Ia merangkainya dengan bantuan alat 
perekat listrik itu. Jika orderan suvenir untuk pernikahan yang jumlahya hingga ratusan, ia 
membutuhkan banyak alat perekat. Karena ia akan melibatkan suami juga tetangga untuk 
membantunya.
Yosa Noviani, pemilik usaha Ananda Brownies di Mega Legenda ini lebih memilih menyiapkan produknya lebih banyak. Jika listrik tiba-tiba padam, ia masih memiliki stok. Karena setiap harinya, Yosa harus menyiapkan 3000 snack ke perusahaan di Mukakuning. ''Sejauh ada pemberitahuan atau pengumuman, kita bisa prepare lebih cepat. Memang sih mengganggu, tapi sudah resiko. Kita mesti lebih tanggap dan cepat cari solusi, agar produksi tidak terganggu,''kata Yosa. 
Begitulah listrik sangat dibutuhkan siapapun. Apalagi para pemilik usaha rumahan. Listrik yang 
tidak pernah padam akan sangat membantu mereka menghasilkan produk-produk yang dibutuhkan di 
pasaran. Bahkan memenuhi kebutuhan rumah atau malah menjadi pembuka lowongan pekerjaan untuk yang lain. ***